Kamis, 26 April 2012

GAMBARAN KOTA DAN ELEMEN-ELEMENNYA

GAMBARAN KOTA DAN ELEMEN-ELEMENNYA Gambaran tentang kota dapat dilihat dari karakteristik suatu individu, karena di dalam kota terdapat kegiatan/aktivitas manusia yang sangat kompleks. Kota selalu mengalami pertumbuhan dari berbagai aspek. Baik aspek ekonomi, aspek sosial-budaya dan aspek fisik. Pertumbuhan kota yang besar akan mengakibatkan pertumbuhan individu yang terdapat di kota tersebut semakin meningkat. Adapun elemen-elemen kota dapat dilihat dari 5 unsur, yaitu : 1. Paths (jalan) • Paths adalah suatu jalan yang sering dilewati oleh manusia untuk melakukan pergerakan. • Paths merupakan suatu karakteristik khusus dimana path juga penting untuk identitas alur. Paths juga sangat penting untuk pertimbangan struktural dari suatu kota agar tidak terjadi banyak jalan dan membuat masyarakatnya kebingungan dalam melihat suatu keadaan kota pada jaringan jalan. 2. Edges (tepi) • Edges merupakan suatu batasan dari pandangan kita (view) yang menunjukkan keberadaan suatu lokasi. Edges ini merupakan suatu bidang yang memanjang dan linier (pasif) • Unsur linier yang tidak dipergunakan atau betul-betul dipertimbangkan seperti jalan (paths) oleh orang yang memperhatikan. Batasan antara dua hal yang berbeda, garis lurus yang bersambung, seperti pantai, jalan dan dinding. Memang unsur ini tidak dominan seperti jalan (paths), tapi bagi sebagian orang itu juga penting, dalam hal ini kita menggambarkan batasan suatu kota dengan air (sungai) atau dinding. 3. Districts (daerah) • Bentuk atau kelompok yang terbentuk oleh path atau merupakan fungsi dari suatu area. • Bagian yang sedang hingga luas dari sebuah kota, yang menyusun bentuk dua dimensi yang luas, di mana kita secara tidak sadar berada didalamnya, dan dapat dikenal karena memiliki kebiasaan atau karakter yang bisa diidentifikasi. Seperti zona perdagangan, perkantoran, pusat pemerintahan, atau pusat pendidikan. 4. Nodes (garis simpul) • Nodes merupakan suatu titik strategis disuatu kota yang dapat digunakan sebagai kota untuk berpindah atau berangkat ke suatu tempat lain seperti perempatan jalan, terminal utama dan sebagainya. • Titik-titik lokasi strategis di dalam sebuah kota, di mana kita bisa memasukinya, yang merupakan titik tujuan selama perjalanan. Nodes dapat berupa persimpangan jalan, titik perhentian angkutan umum. Atau dapat berupa titik konsentrasi, seperti sudut jalan. 5. Landmarks (sesuatu yang mudah diknal) • Landmarks merupakan salah satu elemen dari sebuah kota yang dapat dijadikan titik referensi atau simbol. Landmark mudah dikenali dari bentuknya seperti, gedung, tugu, toko atau gunung. • Landmark merupakan elemen fisik yang sederhana, landmark ini berbeda-beda ukurannya. Landmark ini dapat merupakan petunjuk disuatu kota yang dapat memberikan keunikan atau kekhasan dari suatu kota tersebut. Gambaran dari suatu kota tak hanya dapat didasarkan pada lima komponen diatas, tetapi dapat juga dilihat dari sudut pandang, waktu dan musim. Juga dapat dilihat dari kondisi nyata dilapangan. Dalam memberikan kesan kepada suatu kota, setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, ini tergantung dari bagaimana setiap individu dapat menangkap dan menggambarkannya. Bahkan adapula orang yang memberikan kesan terhadap suatu kota secara unik, ada yang jarang atau tidak pernah dikomunikasikan. Dalam suatu perencanaan lingkungan perlu adanya unsur-unsur, elemen dan kesan lingkungan yang perlu dipertimbangkan (karakter dan fenomena yang terjadi). Sehingga fungsi dan kegunaannya dapat dirasakan manfaatnya. Lingkungan yang tertata dengan rapih dapat memberikan keharmonisan pada masyarakat yang secara langsung dapat mengenal lingkungannya berdasarkan apa yang dirasakannya selama melakukan aktivitas, tidak adanya penyimpangan dari fungsi-fungsi struktur lingkungan (sesuai antara lingkungan alamiah dan lingkungan buatan). Dan masyarakat dapat membedakan lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain, sehingga kesan seragam untuk sebuah kota dapat dihindari. Daftar Pustaka : Lynch, Kevin. (1960). The Image of the City. The Massachusetts Institute of Technology. USA.

perencanaan lingkungan

Membangun Visi Lingkungan sangat terkait dengan kehidupan masyarakat, karena dengan adanya kegiatan dan masyarakat didalamnya akan mempengaruhi oleh keadaan lingkungan. Lingkungan yang bersih, dimana masyarakat ingin mempunyai lingkungan yang bersih dari polusi udara, air dan tanah karena ketiga kebutuhan tersebut sangat mempengaruhi kelangsungan kehidupan sehari-hari. Setiap individu mempunyai berbagai persepsi tentang lingkungan yang mereka idamkan dan inginkan. Semua pandangan atas image (citra) lingkungan, terbentuk dari pemikiran yang berbeda-beda, karena pemikiran tersebut tercipta dari kondisi lingkungan yang berbeda pula. Setiap individu dapat menciptakan gambarannya (image) sendiri, tetapi terkadang ada pendapat yang substansial antar anggota di dalam kelompok yang sama. Dari kelompok tersebut, mungkin terdapat perencana kota yang menghasilkan model perencanaan lingkungan yang nantinya akan berguna bagi orang banyak. Tentunya sebagai masyarakat yang bebas menentukan keinginannya, lingkungan yang paling baik adalah lingkungan yang nyaman. Karena di dalam lingkungan yang nyaman, terkandung unsur kebersihan, keamanan, estetika atau keindahan, keharmonisan, dan teratur atau lingkungan yang legible (struktur). Suatu wilayah tidak dapat hanya dinilai dari keindahan dan keteraturannya saja. Legibility juga dianggap sangat penting. Arti dari legibility ini sendiri adalah kejelasan bentuk suatu wilayah. Tujuannya agar pola wilayah tersebut mudah dipahami oleh siapa saja. Kejelasan bentuk tidak terlalu penting dalam sebuah keindahan kota, namun bisa jadi dinilai penting karena mengingat lingkungan dalam skala perkotaan kini mencakup ukuran, waktu dan kompleksitas. Visi adalah suatu kondisi ideal (cita-cita) normatif yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Visi juga merupakan komponen atau statement dalam tataran yang paling tinggi, normatif, bersifat umum dan mendasari statement-statement yang lebih operasional, yakni tujuan, sasaran dan aktivitas. Adapun hal-hal yang ingin dicapai dalam membangun sebuah visi adalah : • Membuat lingkungan menjadi bersih, • Membuat lingkungan menjadi nyaman, • Mengembangkan estetika dan keamanan di lingkungan sekitar agar lebih baik dan keharmonisan, • Menata suatu lingkangan agar terlihat lebih indah. Lingkungan yang bersih adalah lingkungan yang bebas dari polusi, udara, air dan tanah karena kebutuhan tersebut sangat mempengaruhi kelangsungan kehidupan sehari-hari. Dimana lingkungan yang bersih merupakan visi dari perencanaan suatu lingkungan. DAFTAR PUSTAKA : Rustiadi, E. Saefulhakim, S. Panuju, Dyah R. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Fakultas pertanian. IPB. Bogor. Lynch, Kevin. (1960). The Image of The City. The Massachusetts Institute of Technology. USA.

Perencanaan Sebagai Sebuah Proses

Perencanaan Sebagai Sebuah Proses Perencanaan merupakan sebuah proses yang dilakukan dalam rangka mencapai sebuah kestabilan. Setiap aktivitas yang ada didalamnya merupakan sebuah usaha yang dilakukan memiliki titik fokus untuk mencapai satu kondisi keseimbangan. Suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Dalam melakukan perencanaan membutuhkan suatu proses kegiatan, yaitu :  Pengumpulan data,  Melakukan pendugaan di masa yang akan datang,  Mempertimbangkan berbagai alternatif,  Analisis biaya dan manfaat dari kemungkinan yang ada,  Memilih alternatif yang baik,  Merencanakan perencanaan yang sudah ada. Perencanaan umumnya dilakukan berdasarkan berbagai kombinasi pendekatan. Beberapa pendekatan perencanaan yang umum dilakukan adalah :  Berbasis kecenderungan (trenss-driven), pendekatan dilaksanakan berdasarkan dengan didasarkan kecenderungan umum yang terjadi.  Berbasis kesempatan/peluang (opportunity-driven), sering dilakukan terutama karena alasan-alasan pragmatis, mengingat adanya peluang-peluang yang langka.  Berbasis isu (issue-driven), perencanaan dilakukan berdasarkan isu atau masalah-masalah yang ada.  Berbasis tujuan (goal-driven), pendekatan prencanaan yang paling klasik. Namun proses tersulit adalah proses menetapkan tujuan itu sendiri seringkali bukanlah proses yang mudah.  Berbasis visi (vision-driven), berbeda dengan pendekatan berbasis tujuan, pendekatan berbasis visi sangat menekankan nilai-nilai normatif di dalam gerakan atau aktifitasnya dan tidak ada tujuan-tujuan yang spesifik dan terukur. Perencanaan seperti ini lebih sesuai untuk gerakan-gerakan sosial, pendidikan, spiritual/kaegamaan yang sangat berorientasi sangat panjang dan tidak memiliki target-target spesifik secara jangka pendek. Proses yang terjadi dalam perencanaan dapat diklasifikasikan menjadi 4 bagian, yaitu : 1. Perencanaan Inkremental Proses akibat terbatasnya kapasitas pengambilan keputusan dan biaya dari pengumpulan informasi dan analisis. Pendekatan ini dilakukan sedemikian rupa agar tidak terlalu menyimpang dari kondisi saat ini (status quo). Adapun komponen-komponen utama dari pendekatan ini adalah :  Pilihan-pilihan diturunkan dari kebijakan dan perencanaan yang merupakan peningkatan, penambahan dan perbaikan dari kebijakan yang ada,  Pilihan yang dipertimbangkan,  Konsekuensi yang diinvestigasi,  Tujuan dan pendekatan yang dipilih berdasarkan atas pertimbangan yang mudah dilakukan, dan  Keputusan dibuat dari proses analisis interatif dan evaluasi. 2. Perencanaan Adaptif Suatu pendekatan yang didasarkan atas proses pengendalian adaptif yang berfokus pada proses pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman. Berbeda dengan perencanaan inkremental, perencanaan adaptif hanya dapat dilaksanakan oleh pihak-pihak yang relatif independen atau memiliki kewenangan yang luas yang biasanya hanya dimiliki oleh pimpinan atau pengambil keputusan. 3. Perencanaan Rasional (rational planning) Rasionalitas adalah cara utama yang dikembangkan masyarakat dan para pemikir barat sejak jaman renaisan. Rasionalitas dapat diartikan sebagai suatu cara memilih pendekatan terbaik dengan berfikir secara sistematis dan menyeluruh untuk mencapai tujuan tertentu. 4. Perencanaan Partisipatif Proses membangun konsensus sebagai suatu metode telah membuka peluang baru di dalam mereformulasikan perencanaan komprehensif. Suatu kondisi yang sangat sulit dipenuhi dimana kapasitas pengetahuan, pengalaman, dan teknologi perencanaan sangat terbatas, informasi mengenai objek yang direncanakan sangat terbatas, namun permasalahan yang ada telah berkembang sedemikian kompleks. Dalam suatu perencanaan kita harus melihat aspek mendasar dalam perencanaan, dimana aspek tersebut merupakan sukumpulan tujuan untuk mencapai hal yang diinginkan. Namun, yang menjadi aspek dasar dan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan adalah kondisi sosial dari budaya masyarakat sendiri, karena jika kita merencanakan sebuah kota/daerah kita harus tahu kondisi sosialnya itu seperti apa. Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang ingin dicapai di masa yang akan datang untuk mencapai suatu keseimbangan. Dimana proses perencanaan membutuhkan waktu yang cukup lama karena tidak mudah merencanakan sesuatu tanpa dipertimbangkan terlebih dahulu agar hasilnya dapat dinilai baik. Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan adalah penggunaan lahan, transportasi dan lokasi pengembangan yang akan direncanakan. DAFTAR PUSTAKA Rustiadi, E. Saefulhakim, S. Panuju, Dyah R. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Fakultas pertanian. IPB. Bogor. Apa manfaat kita mempelajari Mata Kuliah Perencanaan Lingkungan? Karena kita ingin mengetahui batas-batas lingkungan dalam melakukan suatu proses perencanaan.

Lynch, Kevin. (1960). The Image of The City. The Massachusetts Institute of Technology. USA.

The Image of The City (Gambaran dari Sebuah Kota) Gambaran dari Sebuah Lingkungan Memindahkan elemen dalam suatu kota, dan khususnya orang-orang dan kegiatan mereka, sama pentingnya dengan bagian-bagian fisik stasioner. Kita bukan sekedar pengamat dari tontonan ini, tetapi adalah diri kita sendiri bagian dari itu, di panggung dengan peserta lainnya. Paling sering, persepsi kita tentang kota ini tidak bisa dipertahankan, melainkan parsial, fragmentaris, dicampur dengan masalah lain. Hampir segala hal sedang digunakan, dan gambar adalah komposit dari mereka semua. kota tidak hanya sebuah benda yang dirasakan (dan mungkin dinikmati) oleh jutaan orang di kelas secara luas beragam dan karakter, tapi itu adalah produk dari pembangun banyak yang terus-menerus memodifikasi struktur untuk alasan mereka sendiri. Meskipun mungkin stabil di garis-garis untuk beberapa waktu, itu adalah setiap perubahan secara rinci. Hanya sebagian kontrol dapat dilaksanakan atas pertumbuhan dan bentuk. Tidak ada hasil akhir, hanya suksesi terus menerus dari fase. Tidak heran, kemudian, bahwa seni membentuk kota untuk kesenangan sensual adalah seni cukup terpisah dari arsitektur musik atau sastra. Mungkin belajar banyak dari ini seni lainnya, tetapi tidak dapat meniru mereka. Kota dapat memberikan suatu kesan yang spesial dan khusus bagi setiap orang yang pernah berkunjung maupun menetap di dalamnya. Ternyata banyak hal yang kasat mata yang siap untuk dijelajahi/dieksplor di dalamnya. Elemen-elemen yang bergerak di dalam kota dan manusia serta aktivitasnya secara keseluruhan sama pentingnya dengan bagian-bagian fisik yang seimbang dan tidak berubah. Sebuah lingkungan kota yang indah dan menyenangkan dianggap sebuah keanehan dan bahkan ada beberapa orang yang mengatakan bahwa itu adalah hal yang tidak mungkin. Tidak satupun kota di Amerika lebih besar dibandingkan dengan sebuah desa mempunyai kualitas lingkungan yang baik secara konstan, walaupun ada beberapa pecahan-pecahan kecil wilayah yang mempunyai lingkungan yang menyenangkan. Mayoritas orang-orang Amerika mempunyai pendapat tentang apa yang paling buruk untuk hidup di dalam sebuah lingkungan. Mereka cukup sadar tentang keburukan dunia yang mereka tempati, dan mereka benar-benar setuju tentang kondisi lingkungannya yang kotor, berasap, bersuhu panas, dan kemacetan lalu lintas, penuh kekacauan dan suasana yang membosankan. Tetapi mereka sangat sadar akan nilai potensial yang dimunculkan dari kerukunan/keharmonisan yang ada di sekililingnya, sebuah dunia yang mungkin hanya dipandang sekilas saja/dianggap tidak begitu penting, namun ternyata berarti bagi para turis atau bagi para pelancong yang butuh hiburan. Legibility Suatu kota tidak dapat hanya dinilai dari keindahan dan keteraturannya saja. Legibility juga dianggap sangat penting. Arti dari legibility ini sendiri adalah kejelasan bentuk kota. Tujuannya agar pola di kota tersebut mudah dipahami oleh siapa saja. Kejelasan bentuk ini harus diakui dan terorganisir dalam sebuah pola yang masuk akal dan logis. Wilayah (distrik) atau landmark atau jalan-jalan kecil harus bisa teridentifikasi dan dikelompokkan dengan mudah ke dalam pola secara keseluruhan. Kejelasan bentuk dianggap properti yang tidak terlalu penting dalam sebuah keindahan kota, namun bisa jadi dinilai penting karena mengingat lingkungan dalam skala perkotaan kini mencakup ukuran, waktu dan kompleksitas. Untuk mengerti ini, kita harus ingat bahwa kejelasan bentuk hanya bisa dirasakan oleh masyarakat penghuni kota tersebut. Semua yang semakin kompleks akan cenderung mengalami kekacauan apabila tidak ada manajemen yang teroganisir, maka dari itu dibutuhkan konsep kejelasan bentuk. Rasa nyaman akan dirasakan seseorang bila ia tidak tersesat di sebuah daerah yang sedang dilewatinya atau daerah yang baru ditempatinya. Karena seorang yang sedang tersesat pasti akan mengalami perasaan tidak nyaman dan khawatir, bahkan mungkin ketakutan. Selain itu, sebuah lingkungan yang khusus dan mempunyai kejelasan bentuk tidak hanya menawarkan keamanan tetapi juga meningkatkan kedalaman dan intensitas pengalaman manusia. Walaupun hidup selalu tidak lepas dari berbagai macam gambaran kekacauan dalam kota modern, aktivitas harian dan rutinitas yang disusun dengan penuh semangat akan memunculkan makna hidup baru bagi setiap orang. Simbol yang kuat dari sebuah kota adalah masyarakat yang kompleks/masyarakat yang heterogen. Nilai-nilai positif dari sebuah kejelasan bentuk kota yang terlupakan adalah: perasaan kepuasan emosional, sebuah kerangka komunikasi atau kerangka organisasi yang terkonseptual, dan pendalaman pengalaman baru setiap hari. Membangun Sebuah Kesan/Gambaran Gambaran lingkungan adalah sebuah hasil dari dua proses antara pengamat (observer) dan lingkungannya. Lingkungan tersebut memberi kesan bahwa terdapat banyak perbedaan dan hubungan, dan pengamat dengan kemampuan beradaptasi dan dengan tujuan terbaik yang dibawanya memilih, mengatur, dan memberi ide atau merealisasikanya dengan pertimbangan apa yang telah ia lihat di lapangan. Sebuah objek yang ada untuk pertama kali mungkin teridentifikasi dan terhubung satu sama lain, bukan karena objek tersebut dianggap tidak asing secara individual tetapi karena objek tersebut sudah sesuai dengan sebuah stereotype (tiruan) yang telah dikonstruksi oleh pengamat tersebut. Peta mental mempunyai konsep dasar yang disebut dengan imagibilitas atau kemampuan untuk mendatangkan kesan. Imagibilitas mempunyai hubungan yang sangat erat dengan legibilitas, atau kemudahan untuk dapat dipamahi/dibayangkan dan dapat diorganisir. Sebagai manipulator/perekayasa dari lingkungan fisik, para perencana kota lebih tertarik pada perantara eksternal di dalam sebuah interaksi/kerjasama yang menghasilkan suatu ide gambaran dari sebuah lingkungan. Setiap lingkungan yang berbeda berhak untuk menolak atau bahkan menerima proses pembuatan gambaran. Setiap individu dapat menciptakan gambarannya (image) sendiri, tetapi terkadang ada pendapat yang substansial antar anggota di dalam kelompok yang sama. Dari kelompok tersebut, mungkin terdapat perencana kota dapat menghasilkan model perencanaan lingkungan yang nantinya akan berguna bagi orang banyak. Struktur dan Identitas Gambar lingkungan dapat dianalisis ke dalam tiga komponen: identitas, struktur, dan makna. Hal ini berguna untuk abstrak ini untuk analisis. Jika diingat bahwa pada kenyataannya mereka selalu tampil bersama. Sebuah gambar yang bisa diterapkan pertama memerlukan identifikasi objek, yang berarti perbedaan dari hal-hal lain, pengakuan sebagai entitas terpisah. Ini disebut identitas, bukan dalam arti kesetaraan dengan sesuatu yang lain, tetapi dengan makna individualitas atau kesatuan. Kedua, gambar harus menyertakan hubungan spasial atau pola dari objek untuk pengamat dan objek lain. Akhirnya, objek ini harus memiliki beberapa makna bagi pengamat, baik praktis maupun emosional. Arti juga relasi, tetapi cukup satu yang berbeda dari hubungan keruangan atau pola. Dengan demikian gambar berguna untuk membuat jalan keluar mengharuskan pengakuan pintu sebagai entitas yang berbeda, hubungan spasial untuk pengamat, dan maknanya sebagai kedepan lubang keluar. Ini bukan benar-benar dipisahkan. Pengakuan visual dari sebuah pintu yang kusut bersama-sama dengan artinya sebagai pintu. Hal ini dimungkinkan, namun, untuk menganalisis pintu dalam hal identitasnya bentuk dan kejelasan posisi, dianggap seolah-olah mereka sebelum maknanya. Seperti prestasi analitik mungkin ada gunanya dalam studi pintu, tetapi tidak dalam studi lingkungan perkotaan. Untuk mulai dengan, pertanyaan tentang makna dalam kota ini yang rumit. Grup gambar makna cenderung tidak konsisten pada tingkat ini daripada persepsi entitas dan hubungan. Artinya, selain itu, tidak begitu mudah dipengaruhi oleh manipulasi fisik adalah dua komponen lainnya. Jika tujuan kita secara luas beragam latar belakang-dan kota yang juga akan disesuaikan dengan masa depan tujuan-kita bahkan mungkin bijaksana untuk berkonsentrasi pada kejelasan fisik gambar dan untuk memungkinkan yang berarti untuk mengembangkan tanpa bimbingan langsung kami. Citra langit Manhattan dapat berdiri untuk vitalitas, kekuasaan, dekadensi, misteri, kebesaran kemacetan, atau apa yang Anda mau, tetapi dalam setiap kasus bahwa gambar yang tajam mengkristal dan memperkuat makna. Jadi berbagai individu adalah arti dari sebuah kota, bahkan ketika bentuk yang dapat dengan mudah menular, yang tampaknya mungkin untuk memisahkan makna dari bentuk, setidaknya pada tahap awal analisis. Penelitian ini karena itu akan berkonsentrasi pada identitas dan struktur gambar kota. Jika suatu gambar adalah memiliki nilai orientasi dalam ruang hidup, ia harus memiliki beberapa kualitas. Ini harus cukup, benar dalam arti pragmatis, yang memungkinkan individu untuk beroperasi dalam lingkungannya sejauh yang diinginkan. Peta, apakah tepat atau tidak, pasti baik untuk mendapatkan satu rumah. Ini harus cukup jelas dan terintegrasi dengan baik agar secara ekonomis usaha mental: peta harus dapat dibaca. Ini harus aman, dengan surplus petunjuk sehingga alternatif tindakan yang mungkin dan risiko kegagalan tidak terlalu tinggi. Jika lampu berkedip adalah tanda hanya untuk giliran kritis, listrik mati dapat menyebabkan bencana. Gambar sebaiknya menjadi terbuka, mudah beradaptasi terhadap perubahan, yang memungkinkan individu untuk terus menyelidiki dan mengatur realitas: harus ada ruang kosong di mana ia dapat memperpanjang gambar untuk dirinya sendiri. Akhirnya, harus dalam kadar tertentu akan menular kepada orang lain. Kepentingan relatif dari kriteria ini untuk gambar yang "baik" akan berbeda dengan orang yang berbeda dalam situasi yang berbeda, satu akan hadiah sistem ekonomis dan cukup, satu lagi open-ended dan menular. Imageability Karena penekanan di sini akan berada di lingkungan fisik sebagai variabel independen, penelitian ini akan mencari kualitas fisik yang berhubungan dengan atribut identitas dan struktur dalam citra mental. Ini mengarah pada definisi apa yang disebut imageability: bahwa kualitas dalam sebuah objek fisik yang memberikan probabilitas tinggi membangkitkan citra yang kuat dalam setiap pengamat yang diberikan. Ini adalah bentuk, warna, atau pengaturan yang memfasilitasi pembuatan jelas diidentifikasi, kuat terstruktur, citra mental yang sangat berguna dari lingkungan. Hal ini juga bisa disebut keterbacaan, atau mungkin visibilitas di rasa tinggi, dimana objek tidak hanya dapat dilihat, tetapi disajikan tajam dan intensif untuk indra. Sebuah kota (jelas, terbaca, atau terlihat) yang sangat imageable dalam pengertian ini aneh tampaknya terbentuk dengan baik, berbeda, luar biasa, itu akan mengundang mata dan telinga untuk perhatian yang lebih besar dan partisipasi. Pegang sensual pada lingkungan tersebut tidak hanya disederhanakan, tetapi juga diperluas dan diperdalam. Seperti sebuah kota akan menjadi salah satu yang dapat ditangkap dari waktu ke waktu sebagai pola kontinuitas tinggi dengan bagian yang berbeda banyak dengan jelas saling berhubungan. Pengamat perseptif dan akrab dapat menyerap dampak sensual baru tanpa gangguan gambar dasar, dan setiap dampak baru akan menyentuh elemen sebelumnya banyak. Dia akan baik-baik berorientasi, iklan dia bisa bergerak dengan mudah. Dia akan sangat sadar akan lingkungannya. Kota Venesia mungkin merupakan contoh dari lingkungan yang sangat imageable. Di Amerika Serikat, seseorang tergoda untuk mengutip bagian dari Manhattan, San Francisco, Boston, atau mungkin bagian depan danau Chicago. Ini adalah karakterisasi yang mengalir dari definisi kita. Konsep imageability tidak selalu berkonotasi sesuatu yang tetap, terbatas, tepat, terpadu, atau secara teratur dipesan, meskipun kadang-kadang mungkin memiliki kualitas ini. Tidak jelas apakah sekilas, jelas, paten, atau polos. Lingkungan total yang harus berpola sangat kompleks, sedangkan gambar yang jelas adalah segera membosankan, dan dapat menunjukkan hanya beberapa fitur dari dunia kehidupan. Para imageability bentuk kota akan menjadi pusat penelitian untuk diikuti. Ada sifat dasar lain dalam lingkungan yang indah: arti atau ekspresi, kesenangan sensual, irama, stimulus, pilihan. Konsentrasi kami pada imageability tidak menyangkal pentingnya mereka. Tujuan kami adalah hanya untuk mempertimbangkan kebutuhan untuk identitas dan struktur di dunia persepsi kita, dan untuk menggambarkan relevansi khusus kualitas ini untuk kasus tertentu dari kompleks, pergeseran lingkungan perkotaan. Jadi dalam merencana sebuah lingkungan, baik lingkungan berskala kecil maupun lingkugan berskala besar seperti kota atau wilayah harus mempunyai legibility yaitu kejelasan bentuk kota agar kota tersebut memiliki image (gambaran suatu kota atau lingkungan) yaitu dimana setiap masyarakat atau orang asing yang datang kesana mendapatkan gambaran tersendiri untuk kota tersebut, identity (identitas kota) bahwa kota itu jelas atau memiliki ciri khasnya sendiri misalnya adanya landmark, bentuk jaringan jalannya, dan struktur kotanya yang harus tertata dengan baik agar masyarakat mudah untuk mengingatnya. Imageability